Tuesday, August 14, 2018

Pascasekuritisasi Tiket, Garuda Incar Pinjaman US$ 500 Juta

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) selalu menjajaki permodalan external sebelumnya setelah menyelesaikan sekuritisasi penghasilan ticket penerbangan sejumlah Rp 2 triliun. Paling baru, maskapai pelat merah ini mencari utang bank, lewat pola sindikasi, ataupun bilateral maximum US$ 500 juta.

Direktur Keuangan Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono mengatakan, pihaknya tengah menjajaki satu sampai dua bank dengan pola bilateral. Dia memproyeksi, perseroan bisa mencapai permodalan bilateral loan seputar US$ 100-200 juta.

Baca Juga : KA Malioboro Ekspres dan Harga Tiket KA Malioboro Ekspres

Mengenai untuk credit sindikasi, perseroan punya potensi mencapai dana seputar US$ 300 juta. Sayang nya dia tidak menuturkan selanjutnya sindikasi bank yang tengah dicari. “Untuk global bond, sesaat kami masih tetap wait and see. Perseroan pilih memundurkan gagasan itu, karena keadaan pasar belumlah aman,” tutur Helmi di Jakarta, Senin (30/7).

Awal Juli lantas, Garuda Indonesia sudah melunasi obligasi sejumlah Rp 2 triliun memakai dana kas internal. Untuk kepentingan re-profiling utang, ataupun ekspansi, Garuda masih tetap memerlukan permodalan yang lain. “Target permodalan baru maximum US$ 500 juta itu, telah mengecualikan permodalan yang dicapai perseroan lewat sekuritisasi penghasilan,” papar dia.

Spesial sekuritisasi, pada minggu lantas Garuda Indonesia menyelesaikan tindakan korporasi itu. Waktu itu, perseroan lakukan sekuritisasi penghasilan ticket penerbangan dari rute Indonesia-Jeddah, ataupun Indonesia-Madinah sebesar Rp 2 triliun. Mengenai sekuritisasi itu dikemas ke kontrak investasi kolektif-efek beragun asset (KIK-EBA) kelas A Rp 1,8 triliun, serta kelas B Rp 200 miliar dengan tenor lima tahun .

Baca Juga : Jadwal KA Malioboro Ekspres dan KA Fajar Utama Yogya

Tentang sekuritisasi penghasilan, Helmi mengaku, pihaknya telah jual di muka, dari ticket penerbangan rute Indonesia-Jeddah, ataupun Indonesia-Madinah sampai lima tahun ke depan. Walau demikian, dia menyatakan, perseroan akan aktif meningkatan kemampuan penghasilan yang lain, baik dari rute yang lain, atau diluar penjualan ticket.

Penurun Rugi : Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Nugraha Mansury mengatakan, saat semester I-2018 perseroan sukses mendesak beban fuel karena hedging. Karenanya, walau trend harga avtur bertambah, tetapi keseluruhan beban operasional yang dijamin perseroan cuma naik 0,23 % dari US$ 2,101 miliar jadi US$ 2,106 miliar.

Lalu pada periode sama, keseluruhan penghasilan operasional tumbuh dari US$ 1,89 miliar jadi US$ 1,998 miliar. “Kalau kita ganti ke kurs rupiah, bermakna Garuda Indonesia sukses mencapai Rp 28,5 triliun,” papar Pahala.

Searah usaha mendesak beban, serta pencapaian kenaikan penghasilan, Garuda Indonesia sukses turunkan rugi US$ 116,86 juta saat semester I-2018. Rugi itu lebih rendah 58,55 % dibanding rugi bersih periode sama pada 2017 sejumlah US$ 281,92 juta. “Ke depan, kami selalu giatkan penghasilan dari ticket penerbangan, ataupun peran dari segi kargo, ataupun anchillary. Hingga, dalam keadaan apa pun, keseluruhan penghasilan Garuda Indonesia bisa lebih konstan,” tegas Pahala.

Baca Juga : Harga Tiket KA Fajar Utama Yogya dengan Jadwal KA Fajar Utama Yogya

Saat semester I-2018, penghasilan kargo Garuda Indonesia naik 7,6 % jadi US$ 124,5 miliar, serta anchillary revenue tumbuh 27,5 % jadi US$ 46,3 miliar.

Berkaitan restrukturisasi, Pahala menuturkan, tahun lantas pihaknya mendapatkan ada 22 rute yang belumlah bisa membiayai keperluan operasional penerbangan, tetapi sekarang banyaknya telah disusutkan jadi 11 rute. “Rute perbangangan ada yang ditutup, atau ditukar dengan rute yang lain. Nah, saat semester I ini perseroan telah buka empat tujuan, serta lima rute baru,” tutur dia.

No comments:

Post a Comment